Panjat pinang merupakan permainan warisan Belanda. Sebelum Indonesia merdeka, permainan ini kerap digelar para londo (orang Belanda-red), saat mereka mengadakan hajatan seperti pernikahan, kenaikan jabatan atau pesta ulang tahun. Permainan ini tergolong seru, sebab di batang pohon pinang yang tingginya mencapai 5-7 meter dari permukaan tanah kemudian dilumuri oli atau gemuk, peserta berlomba-lomba mengambil hadiah-hadiah yang tergantung diujung pinang. Jaman Belanda dulu, hadiahnya biasanya makanan, berupa keju atau gula. Ada juga kaus atau kemeja (maklum, bagi orang pribumi hadiah semacam itu tergolong ‘mewah’).
Konon lomba ini hanya diikuti oleh orang-orang pribumi, sementara para londo-nya hanya tertawa-tawa saja menyaksikan orang pribumi bersimbah peluh.
Beberapa kalangan menilai, jika dilihat dari sejarahnya, lebih baik lomba panjat pinang dihentikan saja karena mencenderai nilai-nilai kemanusian.
Bagi yang mendukung lomba panjat pinang ini, perlombaan memiliki filosofi yakni kerja keras, belajar bekerja sama dan mengutamakan kekompakan. Tapi namanya juga hiburan, pro kontra bukan hal yang penting lagi. Yang penting senang, seru dan menghibur.
Sejak jaman Belanda peraturan panjat pinang belum berubah, yakni peserta terdiri atas beberapa kelompok, bisa empat sampai enam kelompok. Satu kelompok berjumlah sekitar empat atau lima orang. Masing-masing kelompok diberi kesempatan secara bergiliran memanjat pohon pinang untuk mengambil hadiah-hadiah yang disediakan di pucuk pohon pinang. Kelompok peserta yang mampu memanjat sampai di ujung dan mengambil hadiah, maka merekalah yang dinyatakan sebagai pemenang.
Bahkan di beberapa negara Asia dan Eropa Panjat Pinang ini sudah banyak yang ikut berpartisipasi seperti contoh gambar di atas , dimana peserta panjat pinang juga di ikuti oleh para wanita bule....soo...mengapa kita harus malu memperkenalkan budaya kita sendiri ke manca negara..
CHECK THIS OUT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar